Hikmah Dari Kisah Petani Jeruk


Alkisah, hiduplah seorang petani yang terkenal karena kualitas jeruknya. Pada suatu hari, tetangganya bertanya apakah petani itu bersedia membagi sedikit benih dari kebunnya. Petani itu langsung setuju dan memberi tetangganya sebagian benih. Si tetangga  begitu gembiranya sampai-sampai ia pergi memberi tahu teman-temannya.

Begitu mendengar kedermawanan petani itu, salah seorang teman si tetangga menemui pak petani untuk bertanya apakah ia juga bisa mendapat sedikit benih dari petani itu. Tanpa ragu, pak petani memberinya segenggam penuh. Segera saja kabar itu beredar di kota. Petani itupun menerima permintaan benih dari hampir semua petani di wilayah itu dan ia memberikan benih-benihnya dengan ikhlas.

Si anak mengamati ayahnya yang memberikan benih-benih jeruk mereka yang berharga. Anak itu tidak bisa memahami mengapa ayahnya berbuat begitu. Maka, pada suatu hari ia bertanya kepada ayahnya. "Ayah, kalau Ayah memberikan benih-benih itu, apa Ayah tidak takut tidak lama lagi semua orang akan menghasilkan jeruk yang kualitasnya persis sama dengan jeruk kita?" katanya dengan penuh kekhawatiran. "Jeruk kita nanti tidak unik lagi."

"Nak," ujar petani itu "pahamilah sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini. Semua yang kita lakukan mempengaruhi orang lain. Begitu pula, apa yang dilakukan orang-orang lain juga mempengaruhi kita".

"Nak, pahamilah sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini. Semua yang kita lakukan mempengaruhi orang lain. Begitu pula, apa yang dilakukan orang-orang lain juga mempengaruhi kita"

"Saya tidak paham, Ayah ," tanggap anaknya yang bingung.

"Begini, kita harus mempertahankan jeruk tetap bermutu, bukan? Dan, kau tahu betul bahwa angin akan meniup serbuk sari dari bunga-bunga jeruk dan membawanya kemana-mana. Angin tidak pilih-pilih Anakku. Sewaktu ia berembus, di bawahnya serbuk sari kita, juga serbuk sari lain sepanjang perjalanannya. Dan, serbuk-serbuk sari itu akan ..."

"Saya paham, Ayah! Serbuk-serbuk sari itu akan melakukan penyerbukan silang, dan cepat atau lambat, jeruk-jeruk kita juga akan terpengaruh!" ujar si anak penuh semangat.

"Ya. Jadi, supaya kita bisa mempertahankan jeruk bermutu tinggi, jeruk-jeruk tetangga kita juga harus bermutu baik."

***

Menebar Benih Kebaikan
Apa yang dilakukan petani dalam kisah ini sesungguhnya mengajarkan kita untuk menebar benih kebaikan. Si petani mengerti betul bahwa apa yang ia lakukan akan berpulang kepada dirinya sendiri juga, entah perilaku baik maupun perilaku buruk. Ibarat bumerang, jika kita melemparnya maka lemparan tersebut akan berputar kembali menuju posisi kita berada. Saya yakin, pembaca sudah mafhum dengan hal ini. Barangkali pembaca sudah sering pula mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari.

Saya akan memberi kisah legendaris perihal tema ini, yakni antara Flemming dan Winston Churchill. Suatu hari, seorang petani mendengar teriakan minta tolong tak jauh dari rumahnya. Tanpa ragu-ragu, ia segera datang dan melihat seorang bocah laki-laki nyaris tenggelam dalam lumpur. Bocah laki-laki itu hampir saja meninggal kalau sang petani tidak datang tepat pada waktunya.

Keesokan harinya, seorang bangsawan kaya raya berkunjung ke rumahnya. Tentu saja, petani miskin itu amat terkejut. Untuk apa bangsawan seperti itu datang ke rumahnya?

"Kamu telah menyelamatkan putraku kemarin," jelas sang bangsawan. "Aku ingin memberikanmu hadiah."

Sang petani menolak pemberian uang sang bangsawan. Tetapi, sang bangsawan bersikeras. Ia ingin balas budi. Tak lama kemudian, ia menangkap ada bocah berdiri di belakang sang petani. Ia lantas mengajukan sebuah ide.

"Karena kamu telah membantu putraku, izinkan aku membantu putramu. Ia akan kusekolahkan di sekolah terbaik di negara ini."

Sang petani tersenyum dan menyetujui pemberian sang bangsawan. Sang bangsawan menepati janjinya. Putra sang petani diberikan pendidikan terbaik hingga akhirnya lulus dari Hospital Medical School di London. Bukan sekadar lulus, ia kemudian membalas jasa sang bangsawan dengan memberikan hadiah pada dunia: penisilin. Ya, nama bocah itu adalah Sir Alexander Flemming.

Sekali lagi si putra bangsawan jatuh sakit karena pneumonia. Obat apa yang diberikan kepada si putra itu? Tentu saja penisilin. Tanpa adanya penemuan obat itu, niscaya si putra bangsawan itu tidak akan selamat.

Mari kita perhatikan, ketika kita berbuat kebaikan, kebaikan itu pada akhirnya akan kembali kepada diri kita sendiri. Siapa yang menduga kebaikan yang diberikan sang petani pada akhirnya mempengaruhi bukan saja masa depan putranya, tetapi juga masa depan dunia. Bukan itu saja, kebaikan sang bangsawan pada akhirnya kembali pada putranya sendiri. Luar biasa bukan?

Yuk mulai saat ini, kita biasakan setiap hari untuk selalu berbuat kebaikan kepada siapa pun, baik orang yang kita kenal maupun orang yang tidak kita kenal.

"Ketika kita berbuat kebaikan, kebaikan itu pada akhirnya akan kembali pada diri kita sendiri. Siapa yang menduga kebaikan yang diberikan sang petani pada akhirnya mempengaruhi bukan saja masa depan putranya, tetapi juga masa depan dunia"

*****


Sumber : Ngapain Sekolah Tinggi-Tinggi Jika Cuma Beternak Bebek, oleh M. Iqbal Dawami.

Comments